View Single Post
Old 02-07-2010, 07:46 PM   #1
Anderstone
reserve player
 
Anderstone's Avatar
 
Join Date: Aug 2009
Location: Bishop Blaize
Posts: 529
Thanks: 8
Thanked 241 Times in 75 Posts
Mentioned: 3 Post(s)
Anderstone will become famous soon enough


Default Evolusi "Total Football", "Joga Bonito", dan Label2 lainnya.

Total Football? Joga Bonito? Tunggu Dulu
oleh Pangeran Siahaan

www.supersoccer.co.id

Tidak ada yang abadi, begitu juga gaya permainan tradisional negara-negara sepakbola yang sudah dikenal selama ini.

Total Football, begitu sebutan yang selalu tersemat pada tubuh timnas Belanda. Permainan indah menyerang di mana semua pemain bisa rotasi posisi saling mengisi pos satu sama lain. Seru memang kedengarannya, tapi hingga babak 16 besar usai, nampaknya tim Oranye belum mampu memenuhi ekspektasi akan label yang menempel pada skuad mereka. Saya belum lahir saat Johan Cruyff, Johan Neeskens, dan Rob Rensenbrink memainkan Total Football yang ditelurkan pelatih Rinus Michels itu, tapi nampak jelas bahwa timnas Belanda di bawah Bert van Marwijk tidak sedang menerapkan gaya permainan tersebut.

Belanda memiliki kreator lebih dari cukup di lapangan tengah untuk memainkan sepakbola menawan. Wesley Sneijder, Rafael van der Vaart, dan Arjen Robben adalah jaminan mutu. Begitu juga dengan ujung tombak Robin van Persie yang lebih stylish dari bomber tradisional. Semua ditinggalkan karena permainan indah tidak memberikan piala.

Van Marwijk beranggapan bahwa konsistensi lebih dibutuhkan untuk memenangkan pertandingan dibanding memainkan sepakbola indah. Ia sadar betul bahwa timnya jauh sekali dari bayang-bayang Total Football Belanda 1974.

”Selama ini kami menjadi tim yang menghibur pada setiap turnamen, tapi selalu gagal menang pada laga krusial. Kami berubah sekarang. Kami ingin menang,” ujar van Marwijk. Lupakan Total Football, Belanda lebih membosankan sekarang, tapi mereka menang.

Dalam skala yang berbeda, isu yang sama selalu menerpa kubu Brazil. Setiap orang yang pernah mendengar nama Pele pasti berharap Brazil selalu tampil seperti penari samba yang atraktif. Bukannya tidak mengesankan, tapi tuduhan bermain pragmatis kerap dilemparkan kepada tim Brazil sejak Luiz Felipe Scolari menukangi tim tersebut tahun 2002.

Setelah kursi panas kepelatihan Brazil diduduki oleh Dunga yang mantan gelandang bertahan itu, kecaman bahwa Brazil bermain terlalu pragmatis dan meninggalkan ciri Joga Bonito kembali terdengar. Apalagi setelah Dunga memutuskan untuk tidak membawa Ronaldinho dan Alexandre Pato ke Piala Dunia karena dipandang tidak dibutuhkan oleh tim.

Sebenarnya tudingan bahwa Brazil sekarang sama sekali tidak memainkan sepakbola indah lebih karena prasangka yang didasarkan pada gaya Dunga saat masih jadi pemain dulu. Sulit untuk mengatakan bahwa Brazil tidak impresif setelah menengok permainan mereka hingga perempatfinal ini. Satu-satunya momen di mana Brazil nampak semenjana adalah pada babak pertama melawan Korea Utara, selebihnya Brazil tampil sesuai standar mereka.
Jika Belanda dan Brazil lebih memilih mengadopsi sepakbola efektif dan membuat diri mereka terlihat seperti Jerman, maka Jerman sekarang dengan sadar membuat diri mereka terlihat seperti.....Belanda.

Operan bola yang mengalir, pergerakan pemain yang dinamis, serangan lewat kedua sayap yang eksplosif, dan seorang maestro di lapangan tengah, Joachim Low telah membawa panser Jerman yang kaku dan lambat ke acara Pimp My Ride dan memodifikasinya menjadi sebuah kendaraan yang cepat dan taktis tanpa meninggalkan efektivitas khas Nationalmannschaft.

Jerman sekarang adalah Jerman yang tidak Jerman. Bukan cuma dari permainan, tapi juga dari latar belakang etnis anggota skuadnya yang beragam itu. Sejauh ini tidak ada yang protes kecuali kelompok-kelompok politik ultra-kanan yang menyuarakan ketidaksukaan mereka pada banyaknya anak imigran di timnas mereka. Jika Jerman juara pada turnamen kali ini, mungkin mereka akan bungkam sama seperti kelompok sayap kanan di Prancis usai Didier Deschamps dkk jadi juara tahun 1998.

Tidak ada yang abadi, perubahan selalu datang, errr.....bagaimana bisa saya melupakan Inggris yang bermain bagai seonggok fosil sepakbola dari abad silam?

Jika timnas Inggris berpacaran dengan sebuah formasi sepakbola, maka kesetiaan Inggris terhadap skema 4-4-2 dan Kick and Rush tiada bandingnya. Saya yakin pada waktu FA memberanikan diri menunjuk pelatih asing untuk memegang tim nasional negara yang mengaku menemukan sepakbola itu, mereka berharap akan ada sesuatu hal yang berbeda ditawarkan. Nyatanya, Inggris tidak berubah.

Dengan Wayne Rooney yang tidak mampu mereplikasi performa gemilang di level klub dan Frank Lampard serta Steven Gerrard yang lupa bahwa kewajiban utama gelandang adalah menyuplai bola ke depan alih-alih terus menerus melepaskan tembakan, Inggris di Piala Dunia 2010 adalah mimpi buruk.

Suara-suara miring mengatakan bahwa Fabio Capello tidak mampu mengerti jiwa permainan sepakbola Inggris. Sebaliknya, apa yang ditampilkan Inggris di lapangan adalah sebuah gambaran sepakbola Inggris secara umum yang menyenangi umpan jauh dari belakang, bola dikejar oleh para penyerang, syukur-syukur dapat dan mencetak gol.

Angin perubahan bertiup menyapu jagat, tapi rupanya tidak sampai ke Inggris.
-----------------------------------------------

Gue selalu berpikir dari dulu bahwa penyematan label permanen pada tim2 sepakbola misalnya Belanda pasti Total Football dan Brazil pasti Joga Bonito itu absurd. Setiap pelatih punya cara2 sendiri untuk menang.

what do you think?
__________________

To view links or images in signatures your post count must be 0 or greater. You currently have 0 posts.

LUHG

Last edited by Anderstone; 02-07-2010 at 10:23 PM..
Anderstone is offline