View Single Post
Old 05-08-2009, 10:00 AM   #5
Iwant
academy
 
Iwant's Avatar
 
Join Date: Jun 2009
Location: X - Malang
Posts: 290
Thanks: 26
Thanked 71 Times in 29 Posts
Mentioned: 0 Post(s)
Iwant Ready for being a real United Indonesia


Default Nukilan Buku ”BOLAVAGANZA 78”

Nukilan Buku ”BOLAVAGANZA 78”

CANTONA ON CANTONA

THE KING’S THOUGHT


Oleh : Josep Lopiwudhi/BOLAVAGANZA


Eric Daniel Pierre Cantona adalah striker asal Prancis yang pernah berkiprah di era 1980 hingga 1990-an. Dia mengakhiri karier gemilang sepakbolanya di Manchester United. Yap, pria kelahiran 24 Mei 1966 itu memutuskan gantung sepatu dengan mengantongi empat gelar juara Liga Premier Inggris, dua Piala Liga, plus dua Piala FA.

Cantona kerap dipandang sebagai pemain punya peran besar dalam kebangkitan Setan Merah di era 1980 dan 1990-an. Dia begitu dipuja para fan United dan ia menikmati statusnya sebagai ikon di Old Trafford. Mei 1997, Cantona memutuskan pensiun sebagai pesepakbola.

Selepas pensiun ia menikmati hidupnya sebagai model iklan, bintang film, hingga bermain sepakbola pantai. Tahun 2001, dia terpilih sebagai salah satu pemain abad ini versi FIFA, dan hingga kini para fan United masih menyebutnya sebagai The King atau King Eric. Bahkan dalam survei di kalangan para suporter United, Cantona ditempatkan di posisi teratas sebagai manajer United masa depan selepas era Sir Alex Ferguson.

Saat diwawancarai United Magazine, edisi Agustus 2006, Cantona bilang bahwa ia hanya balik Manchester United sebagai orang nomor satu. Ia menginginkan posisi manajer. Dia pun berhasrat menciptakan timnya sendiri. Sayang, Cantona memilih sikap berlawanan dengan pemilik United saat ini, Malcolm Glazer. Dia tegas menyatakan tak akan balik ke Old Trafford - bahkan sekali pun bila ditawari posisi sebagai manajer – jika keluarga Glazer masih bercokol di United.

Tahun 1996, setahun sebelum pensiun, Cantona menerbitkan buku berjudul Cantona On Cantona. Dalam buku ini King Eric menyampaikan pemikirannya tentang berbagai hal. Sebuah buku kenangan dari sang raja di Old Trafford.

TANTANGAN

Motivasi adalah kunci sukses saya. Saya termotivasi oleh sebuah tantangan. Sama halnya di dunia sepakbola dan kehidupan. Apa yang menggerakkan tak pernah statis, saya secara konstan melakukan sesuatu yang baru. Tak selalu sesuatu yang sama memberi saya semangat, tak selalu sesuatu yang sama membuat saya tertarik. Saya butuh tantangan baru sepanjang waktu untuk memompa gairah saya. Saya tak mau menerima begitu saja apa yang terjadi; saya ingin hidup dalam tiap momen dalam kehidupan saya secara utuh. Saya butuh merasakan sebuah semangat.

Saya ingin seperti pejudi di sebuah kasino yang dapat merasakan dorongan adrenalin tak saja saat ia bertaruh, tapi sepanjang waktu. Dia berjudi karena butuh sebuah semangat, ia mau mengalami setiap momen dalam kehidupannya. Itulah cara yang ingin saya mainkan; itulah cara yang inginkan untuk hidup dalam kehidupan saya. Saya perlu ketertarikan dari sebuah tantangan untuk membuat saya hidup.

TEMPERAMEN

Itu semua terjadi pada kita tatkala kita kadang mendapatkan hal yang menyedihkan, kita merasa sedikit melankolis. Tapi menjadi melankolis dapat jadi sebuah kesenangan juga. Tubuh manusia butuh hal di atas untuk merasakan hidup dan kadang orang tak dapat sukacita dari sebuah kesenangan. So, mereka mencari kesenangan dalam kesedihan. Beberapa orang mendapat kesenangan dengan menangis. Jika mereka tak bisa tertawa, setidaknya mereka dapat menangis, setidaknya mereka mereka merasakan hidup dalam cara tertentu. Semua itu terjadi pada kita dari waktu ke waktu.

Ada orang yang hidup dengan prinsip seperti ini. Abbe Pierre, contohnya, seorang humanis Prancis. Orang bilang, ia mengorbankan dirinya bagi sesama, bagi orang miskin, bagi mereka yang membutuhkan uluran tangan. Tapi sesungguhnya tak ada yang dikorbankan. Ia melakukan hal itu karena begitulah cara hidupnya. Bila dia tak melakukan apa yang mesti ia lakukan, dia mati. Sungguh, ia melakukan pekerjaan yang baik; tapi kita tak bisa menyebutnya sebagai pengorbanan. Justru ia meraih sukacita besar dari hal itu dan bila ia tak melakukannya, dia mungkin mencari kesenangan dengan cara lainnya atau ia mati.

Bagi saya, saya berupaya menahan diri, saya mencari harmoni antara pikiran dan tubuh saya, dan merasakan kontrol atas tubuh dan emosi saya. Saya kerap ditanya soal perubahan temperamen saya sejak insiden di Crystal Palace. Sebenarnya tak ada perubahan besar. Orang berpikir, saya belajar menahan diri, tapi faktanya saya tak punya masalah dalam menahan diri. Tiap orang punya momen-momen buruk. Tak mungkin orang bilang, hal seperti itu tak pernah berlaku pada mereka.

Saya melakukannya, bagaimana pun, dan kini punya pengalaman. Saya punya banyak waktu untuk berefleksi, dan saya terlihat mampu mencapai situasi yang lebih baik. Tapi siapa tahu? Saya tak tahu apa yang berlaku pada saya di masa depan. Tak seorang pun dari kita yang dapat memastikannya.

Saya mengakui apa yang terjadi adalah sebuah kesalahan, atau suatu kecerobohan atau ke*****an. Hal itu lebih rumit untuk dikarakterisasikan dalam istilah yang sederhana.

Ada kalanya saya akan mudah emosi, manakala saya merasa harus berdiri dan mengatakan sesuatu hal yang membuat saya marah. Saya selalu bertahan dan melawan ketidakadilan sepanjang waktu. Kini saya sadar hal itu dapat berbalik dan sebagian orang justru senang bila saya emosi. Tapi kini tidak lagi.


(continue...)
__________________

To view links or images in signatures your post count must be 0 or greater. You currently have 0 posts.
Iwant is offline   Reply With Quote