World Cup 2010 Latest News

[Andi Istiabudi]

JIka FIFA memang tidak mau menggunakan teknologi dalam pertandingan sepakbola, mungkin wacana penambahan wasit khusus di belakang gawang bisa dipertimbangkan ...

[rondwisan]

wacana penambahan 2 hakim garis sepertinya udah ok kok ...
ntar coba kita liat di EURO 2012

[sellamanyaunited]

Originally Posted by Ayunda

Mau tu gosip bener ato nggak, mending FIFA matengin wacana detektor bola buat nentuin bener2 dah masuk belun. Emang sepakbola nggak lepas dari kesalahan manusiawi, tapi kalo pertandingan2 besar wasitnya banyak yang nggak tepat keputusannya, apa yang salah dengan inovasi teknologi?

setujuuuuuuu . kalo pake inovasi teknologi wasit bisa tau sebuah gol sah atau kaga dan gak ada lagi kesalahan wasit apalagi untuk event2 besar kayak Wordcup dan Euro

[Hilman-Bukan-Superman]

Itu FIFA atw PSSI ya??
........

[Hilman-Bukan-Superman]

Dunga Dipecat

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com — Pelatih Carlos Dunga dan semua stafnya dipecat dari skuad setelah Brasil tersingkir pada perempat final Piala Dunia 2010.

Federasi Sepak Bola Brasil (CBF), Minggu (4/7/2010), mengumumkan, kekalahan 1-2 dari Belanda di Afrika Selatan itu menjadi akhir perjalanan Dunga setelah empat tahun menangani tim "Samba". CBF akan menunjuk pelatih baru selambat-lambatnya akhir bulan ini.

"Menutup kerja yang dimulai sejak Agustus 2006 dan ditutup dengan tersingkirnya Brasil dari Piala Dunia di Afrika Selatan, CBF mengumumkan pemecatan seluruh Komisi Teknis tim Brasil," sebut pernyataan CBF.

Hingga kini, belum ada calon kuat pengganti Dunga. Namun, media setempat mulai membicarakan Mano Menezes dan Wanderley Luxemburgo sebagai suksesor Dunga. Mantan gelandang timnas dan eks pelatih AC Milan, Leonardo, pun mulai disebut-sebut.

Pelatih baru ini akan menukangi Brasil hingga 2014, masa ketika mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tugas pertamanya adalah menjalani serangkaian laga uji coba dan mempersiapkan tim untuk Copa America 2011 di Argentina. (AP)

[Redsbusby]

Originally Posted by Andi Istiabudi

JIka FIFA memang tidak mau menggunakan teknologi dalam pertandingan sepakbola, mungkin wacana penambahan wasit khusus di belakang gawang bisa dipertimbangkan ...

Wahhh ketinggalan kereta nehh saya, baru tau ada wacana Parta ulang jerman Inggris. Kalo gw jadi pemain Inggris, amit2 balik lg ke Johanessburg. Supporter uda terlanjur mudik , masa iya mo kesana lg, dobel tekor donk. Partai kontroversial jg banyak tuh, lah masa mo diulang semua, karena pastinya ada kecemburuan sosial klo emang bener.. Kayknya emg bener Hoax deh..ckckckck

Denger2 bakal segera dipake tuh om rencana penambahan 2 hakim garis, bukan wasit, klo nambah wasit bisa2 malah wasitnya yg tawuran d lapangan

[Redsbusby]

FIFA Umumkan Wasit Semifinal

Johannesburg - FIFA telah menetapkan wasit untuk laga semifinal. Wasit Uzbekistan Ravshan Irmatov memimpin laga Uruguay vs Belanda. Sementara wasit Hongaria Viktor Kassai menjadi pengadil Jerman vs Spanyol.

Pengumuman tersebut dilakukan FIFA melalui situs resminya pada hari Selasa (5/7/2010) waktu setempat.

Irmatov merupakan wasit yang memimpin laga pembukaan Piala Dunia 2010 antara Afrika Selatan melawan Meksiko pada 11 Juni yang lalu. Ia menjadi wasit termuda yang memimpin laga pembuka sejak Piala Dunia 1934.

Ia akan dibantu Rafael Ilyasov dan Bakhadyr Kochkarov (Kazakhstan) sebagai asisten wasit 1 dan 2. Sementara itu wasit keempat adalah Yuichi Nishimura (Jepang). Sedangkan asisten wasit cadangan adalah Toru Sagara.

Sementara itu partai antara Jerman kontra Spanyol akan dipimpin Kassai. Di South Africa 2010, ia pernah menjadi pengadil dalam partai Brasil-Korea Utara, Meksiko-Uruguay, dan Amerika Serikat-Ghana.

Ia menjadi wasit asal Hongaria yang mendapatkan kehormatan memimpin partai prestisius, setelah Sandor Puhl yang bertugas di final Piala Dunia 1994.

Kassai akan dibantu Gabor Eros dan Tibor Vamos. Sementara wasit keempat adalah Frank de Bleeckere (Belgia). Ada pun asisten wasit cadangan adalah Peter Hermans.�

Ini dia gambarnya

Ravshan Irmatov

Viktor Kassai

[Andi Istiabudi]

Why soccer’s biggest stars failed to shine ?
By Dan Wetzel, Yahoo! Sports

CAPE TOWN, South Africa – Soccer’s superstar players never materialized here at the World Cup. The game’s best – Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Kaka, Wayne Rooney, etc. – often failed to lift their play and, in turn, their teams, to a level this grand stage demands.

The conventional wisdom on why: They were too selfish, unable to adapt to the team concept of a national squad.

Then there’s Diego Maradona’s take: Unlike the past, the stars weren’t selfish enough.

“Today the players are more collective, more team players,” the Argentina coach said after his own star-studded team was bounced from the World Cup. “They want to do everything with their teammates. It is a different type of game right now.”

This goes against so much of what we’ve come to believe, and expect, in sports. The reason that Uruguay and the Netherlands square off here Tuesday in a semifinal is because they embraced selfless, team-oriented play.

Such a mentality is celebrated.

What Maradona is suggesting is that this line of thinking has become so widespread it’s actually killed the star player, who no longer acts like a star player. Rather than demanding his place in the natural pecking order of pure talent and past performance, they sink back into the pack.

Such thinking would carry little weight except it is Maradona who said it. Who could know more about what’s needed for a talented player to morph into a larger-than-life superstar and dominate the World Cup? No one owned this event the way Maradona did in 1986 when he led Argentina to the title.

His implication is that the star needs to act like the star. That he is better than his teammates is a given. Rather than apologize for it, he must remind them of it, make them respect it. He must lead not by being one of the guys but by being above the guys. It’s the cult of personality, if you will.

“I think we were more selfish,” Maradona said, which has to be the first time an old player said that about a bygone era. “Maybe before it was about being selfish players who [made the] rest of the team work for us.”

Today’s players receive remarkable hype – television commercials, video games and media attention. They are single-name personalities around the globe.

Yet you’d never hear one say that the rest of the team works for them. They’d be vilified. Instead today’s stars go out of their way to support their teammates and talk publicly about how no one player is more important than the other.

Only some players are more important, Maradona notes.

Consider the most competitive environments on earth – the military battlefield, the flight deck of a commercial airliner or a hospital operating table.

This is where failure is not an option. In those cultures, the delineation between the star (the general, the lead pilot) and the others (private, flight attendant) is clear. Often socialization between classes is prohibited – enlisted men do not dine with officers – and the word of the higher-ranked person must be respected.

When having open-heart surgery, no patient would care if the lead surgeon is friends with or helps empower the nurse. In fact, the idea that the nurse would fear disappointing the lead surgeon and would clearly defer to him at all times might be considered a positive. You’d want the most brilliant talent to be the leader.

In Maradona’s day, he says, that carried over to a soccer team. He was Diego Maradona and they were not.

“Time changes in life,” Maradona said.

In this time, the star player must be humble and supportive. And not just on the field, but in all parts of team life. Obviously all players know they need others to make them better in the game. Someone has to pass them the ball. Or receive a pass. But off the field, is one for all, all for one really the best concept?

It’s difficult to say. Maradona only knows the mentality that made him lead a country to World Cup glory. It certainly isn’t the only way.

Perhaps it is one of them, though. And with most of the world’s top individual players home watching the semifinals, with criticism of their selfish play ringing through their heads, maybe the opposite is true. Maybe they weren’t selfish enough.

Maybe Maradona’s correct. Maybe the soccer world has gone soft.

Source : http://g.sports.yahoo.com

[Redsbusby]

Logo Piala Dunia 2014 Diluncurkan
detiksport

Johannesburg - Menjelang berakhirnya perhelatan turnamen Piala Dunia Afrika Selatan 2010, FIFA meluncurkan logo Piala Dunia berikutnya yang akan digelar di Brasil empat tahun mendatang.

Logo tersebut bergambar tangan yang saling berkaitan membentuk trofi Piala Dunia. Warna hijau mendominasi, dihiasi kuning, sebagaimana dua warna itu adalah identitas Brasil.

Dalam acara peluncuran di Johannesburg, Kamis (8/7/2010) malam waktu setempat, Presiden FIFA Sepp Blatter berujar bahwa logo tersebut mencerminkan sepakbola sebagai bagian dari kehidupan manusia, terutama di negara-negara Amerika Selatan seperti Brasil.

"Saya sangat suka logonya karena ada tiga tangan bergandengan. Ini mencerminkan kehidupan manusia dalam sepakbola," ujar Blatter seperti dikutip oleh Football Insider.

"Piala Dunia 2014 akan penuh dengan kesenangan dan kegembiraan. Sepakbola telah menjadi agama di Brasil. Ini saatnya sepakbola kembali CONMEBOL (Amerika Selatan)," imbuhnya.

Brasil sebagai juara dunia lima kali tidak pernah lagi menjadi tuan rumah sejak 1950. Negara Amerika Selatan terakhir yang menjadi tuan rumah adalah Argentina di tahun 1978.

"Ini tentang kemanusiaan karena sepakbola lebih dari sekadar menendang bola atau pertandingan," tambah Blatter.

Acara peluncuran logo juga dihadiri antara lain Presiden Brasil Luiz Inacio 'Lula' da Silva, mantan bintang Tim Samba seperti Cafu, pelatih Carlos Alberto Pereira, serta pejabat dan figur sepakbola penting seperti Michel Platini dan Franz Beckenbauer.

[Andi Istiabudi]

Pingsan, Platini Dilarikan ke RS
Okdwitya Karina Sari - Piala Dunia

Johannesburg - Menjelang berakhirnya pagelaran Piala Dunia 2010, sebuah kabar buruk datang dari Michel Platini. Presiden UEFA itu dilaporkan masuk ke rumah sakit setelah pingsan di sebuah restoran.

Diberitakan Guardian, kejadian itu terjadi ketika Platini tengah makan malam di restoran La Pagalle di Sandton, Johannesburg pada Jumat (9/7/2010) malam waktu setempat. Acara tersebut turut dihadiri pula oleh eks manajer Liverpool Gerard Houllier dan mantan pelatih tim Skotlandia Andy Roxburg.

Platini tiba-tiba jatuh tersungkur di lantai restoran itu dan lantas dibawa ke sebuah rumah sakit. Awalnya eks pemain Juventus diduga mengalami serangan jantung terkait pria berusia 55 tahun ini adalah seorang perokok berat.

Namun ofisial UEFA, William Gaillard membantah dugaan ini. Dikatakannya, Platini baik-baik saja dan tidak menderita penyakit serius.

"Dia baik-baik saja. Dia cuma menderita pilek dan sedikit flu dan pingsan sebelum makan di sebuah restoran. Kini dia masih berada di rumah sakit untuk menjalani beberapa tes tapi dia sudah sadar dan kondisinya baik. Tidak benar kalau dia terkena serangan jantung," ungkap Gaillard.

"Ketika seseorang pingsan, orang lain selalu memikirkan hal yang terburuk. Itu reaksi yang wajar. Saya sudah bicara kepada seseorang yang mengatakan kepada saya bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan. Tidak ada yang serius. Ini bisa saja terjadi."

Gaillard menambahkan hasil tes yang dijalani Platini menunjukkan tanda positif. "Saya telah bicara kepada si asisten yang bersama dia dan sepertinya dia hanya pingsan karena pilek dan demam," sambung dia.

"Dia telah sadar, dia baik-baik saja. Mereka memang akan kembali melakukan beberapa tes ketika seorang pesohor pingsan, tapi itu wajar dan saya diberi tahu tidak ada yang perlu dicemaskan."

"Sungguh dingin di sana. Banyak orang yang kena pilek, flu, mereka mengalami demam. Itu bisa menjelaskan" tandas Gaillard.

Belum diketahui kapan Platini bisa keluar dari rumah sakit. Bos UEFA yang menjadi komite eksekutif FIFA tersebut dijadwalkan menghadiri partai final antara Belanda kontra Spanyol yang dihelat Senin (12/7/2010) dinihari WIB di Soccer City Stadium.

(arp/arp)


Source : http://pialadunia.detiksport.com/